Masjid Gede Mataram Kotagede adalah salah satu masjid tertua dan bersejarah yang terletak di Yogyakarta, Indonesia. Berada di Dusun Sayangan, Desa Jagalan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, masjid ini tidak hanya dikenal karena usianya yang mencapai ratusan tahun, tetapi juga karena perannya yang krusial dalam sejarah penyebaran Muslim di Jawa. Artikel ini akan mengulas sejarah, arsitektur, dan signifikansi Masjid Gede Mataram Kotagede.
Sejarah Masjid Gede Mataram Kotagede
Masjid Gede Mataram Kotagede didirikan pada tahun 1578 dan selesai pada tahun 1587 oleh Panembahan Senopati, raja pertama Kerajaan Mataram Muslim. Pembangunan masjid ini merupakan upaya untuk memperkuat dan memperluas ajaran Muslim di daerah pedalaman Pulau Jawa. Pembangunan masjid melibatkan masyarakat setempat yang sebelumnya menganut agama Hindu dan Budha, menciptakan perpaduan budaya yang kuat antara Muslim dan tradisi lokal.
Pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645 M), masjid ini mengalami penambahan serambi dan halaman. Masjid ini juga menjadi cikal bakal Kerajaan Mataram yang didirikan oleh Kanjeng Panembahan Senopati sebagai raja pertama. Kompleks makam Kotagede yang terletak di sebelah barat masjid merupakan tempat pemakaman raja-raja Mataram serta keluarga Paku Alaman, menunjukkan hubungan erat antara masjid dan kekuasaan kerajaan.
Arsitektur Masjid Gede Mataram Kotagede
Arsitektur Masjid Gede Mataram Kotagede memiliki ciri khas yang unik. Bangunan masjid dikelilingi oleh pagar bercorak Hindu, yang menunjukkan perpaduan antara Muslim dan Hindu. Ruang utama masjid memiliki atap berbentuk tajug (atap piramida) bertingkat dua yang terbuat dari kayu dan ditutupi genteng. Puncaknya dihiasi dengan mahkota yang disebut pataka. Serambi masjid memiliki atap berbentuk limas atau perisai, sementara mustaka masjid dihiasi dengan kluwih sebagai simbol keberkahan.
Keunikan arsitektur ini tidak hanya terletak pada bentuk bangunan tetapi juga pada filosofi yang melingkupinya. Masjid ini berbentuk bujur sangkar seperti tipe arsitektur Jawa lainnya, mencerminkan konsep “klebat papat limo pancer” yang melambangkan kestabilan dan keselarasan sebagai pusat dari empat arah mata angin.
Signifikansi Masjid Gede Mataram Kotagede
Masjid Gede Mataram Kotagede berfungsi tidak hanya sebagai tempat ibadah bagi umat Muslim tetapi juga sebagai saksi perkembangan Muslim di Yogyakarta dan sekitarnya. Masjid ini merupakan bagian dari konsep identitas kota yang mencakup keraton sebagai pusat pemerintahan, alun-alun sebagai pusat kegiatan sosial budaya, masjid sebagai pusat spiritual, dan pasar sebagai pusat ekonomi.
Pada masa Sultan Agung, masjid ini menjadi pusat pengembangan agama Muslim di pedalaman Pulau Jawa. Sunan Kalijaga, guru dari Ki Ageng Pamanahan, memiliki peran penting dalam menyebarkan ajaran Muslim melalui pendekatan budaya lokal. Hal ini terlihat pada pintu masuk Masjid Gede Mataram yang menyerupai Pura, hasil akulturasi antara Muslim dan Hindu.
Pengelolaan dan Pemugaran Masjid
Pengelolaan masjid ini telah mengalami beberapa perubahan sepanjang sejarahnya. Awalnya dikelola oleh Abdi Dalem Solodan Yogyakarta, namun pada tahun 1990 pengelolaan diserahkan kepada tokoh-tokoh setempat oleh Gusti Doyo Kusumo. Masjid ini telah mengalami beberapa kali pemugaran termasuk penambahan serambi sisi timur pada tahun 1796, penambahan emperan pada tahun 1856, serta rehabilitasi bangunan utama pada tahun 2002-2003.
Kesimpulan
Masjid Gede Mataram Kotagede adalah warisan budaya dan sejarah yang sangat berharga di Yogyakarta. Dengan arsitektur unik dan peran penting dalam sejarah penyebaran Muslim di Jawa, masjid ini menjadi simbol keberagaman serta keindahan arsitektur yang terus berkembang. Meski telah mengalami berbagai perubahan dan pemugaran, keberadaan masjid ini tetap mempertahankan nilai-nilai spiritual dan budaya terkait dengan sejarah Kerajaan Mataram Muslim.
www.hamdalahkubahkreasindo.com